Proses padang gurun adalah proses dimana kita mengalami masa-masa yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Akan tetapi, saat kita mengalami proses padang gurun, ternyata proses pendewasaan karakter juga berjalan bersamaan. Walau proses padang gurun tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, tetapi akan menghasilkan buah yang baik ketika kita mau berespons dengan baik dan taat dengan proses yang ada.
Seperti yang Musa alami saat ia membawa bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan, mereka mengalami proses yang tidak sesuai dengan keinginannya. Padang gurun harus dilewati selama 40 tahun, belum ditambah dengan pemberontakan oknum-oknum tertentu dari bangsa Israel. Ketidaknyamanan, itulah yang dialami oleh Musa dan bangsa Israel. Bayangkan, di Mesir mereka sudah terbiasa hidup enak, makanan tersedia, air dalam keadaan berlimpah, pakaian mudah untuk didapatkan. Namun, di padang gurun, mereka harus mengalami hal-hal yang tidak enak, belum lagi harus berperang dengan bangsa-bangsa yang memusuhinya. Beban terberat dalam padang gurun ini justru dialami oleh Musa. Sebagai pemimpin ia harus menerima kritikan, keluhan, bahkan pemberontakan. Namun, Musa tetap berespon benar, karena ia tahu Tuhan punya rencana yang besar atas bangsa yang dipercayakan oleh Tuhan. Musa juga tidak jauh dari Tuhan di kala masa-masa kesesakannya. Ia justru berbicara dan terus menerus berkomunikasi dengan Tuhan. Inilah yang menguatkan Musa untuk menghadapi setiap tekanan dan proses yang dialaminya.
Tuhan mengenal benar umat kesayanganNya. Dapat dibayangkan bagaimana seandainya bangsa Israel dengan mudah memasuki tanah Kanaan tanpa melalui padang gurun. Pasti yang terjadi adalah kebinasaan karakter maupun fisik. Karakter karena belum ada pembentukan ketaatan. Fisik karena mereka harus berperang dengan bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan. Demikian proses padang gurun dapat berlaku atas kita, untuk membentuk kesiapan kita sebelum kita menerima berkat. Percayalah kepadaNya, di setiap masa-masa kesukaran, Ia selalu beserta kita. ”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29: 11).
Seperti yang Musa alami saat ia membawa bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan, mereka mengalami proses yang tidak sesuai dengan keinginannya. Padang gurun harus dilewati selama 40 tahun, belum ditambah dengan pemberontakan oknum-oknum tertentu dari bangsa Israel. Ketidaknyamanan, itulah yang dialami oleh Musa dan bangsa Israel. Bayangkan, di Mesir mereka sudah terbiasa hidup enak, makanan tersedia, air dalam keadaan berlimpah, pakaian mudah untuk didapatkan. Namun, di padang gurun, mereka harus mengalami hal-hal yang tidak enak, belum lagi harus berperang dengan bangsa-bangsa yang memusuhinya. Beban terberat dalam padang gurun ini justru dialami oleh Musa. Sebagai pemimpin ia harus menerima kritikan, keluhan, bahkan pemberontakan. Namun, Musa tetap berespon benar, karena ia tahu Tuhan punya rencana yang besar atas bangsa yang dipercayakan oleh Tuhan. Musa juga tidak jauh dari Tuhan di kala masa-masa kesesakannya. Ia justru berbicara dan terus menerus berkomunikasi dengan Tuhan. Inilah yang menguatkan Musa untuk menghadapi setiap tekanan dan proses yang dialaminya.
Tuhan mengenal benar umat kesayanganNya. Dapat dibayangkan bagaimana seandainya bangsa Israel dengan mudah memasuki tanah Kanaan tanpa melalui padang gurun. Pasti yang terjadi adalah kebinasaan karakter maupun fisik. Karakter karena belum ada pembentukan ketaatan. Fisik karena mereka harus berperang dengan bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan. Demikian proses padang gurun dapat berlaku atas kita, untuk membentuk kesiapan kita sebelum kita menerima berkat. Percayalah kepadaNya, di setiap masa-masa kesukaran, Ia selalu beserta kita. ”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29: 11).